Rumoh Geudong Pidie: Memorial Living Park sebagai Destinasi Sejarah Aceh yang Inspiratif
Daftar Isi
Di tengah hamparan sawah yang hijau di Gampong Bili, Kecamatan Glumpang Tiga, Kabupaten Pidie, berdirilah sebuah monumen yang bukan sekadar tugu, melainkan saksi bisu dari sejarah kelam Aceh.
Inilah Memorial Living Park Rumoh Geudong, sebuah ruang peringatan yang didirikan untuk mengenang tragedi kemanusiaan yang terjadi di masa lalu, sekaligus menjadi simbol harapan untuk masa depan yang damai.
Dari Lokasi Penyiksaan Menjadi Taman Peringatan
Rumoh Geudong, dalam bahasa Aceh, berarti "Rumah Besar". Namun, julukan ini jauh dari makna yang seharusnya.
Di masa konflik Aceh, rumah ini berfungsi sebagai markas dan tempat penyiksaan bagi pasukan keamanan, terutama selama era Darurat Militer. Ribuan warga sipil diculik, disiksa, bahkan dibunuh di tempat ini.
Sejarah kelam ini meninggalkan luka yang mendalam bagi masyarakat Pidie dan Aceh secara keseluruhan.
Setelah bertahun-tahun menjadi puing-puing yang terbengkalai, inisiatif untuk membangun sebuah taman peringatan muncul.
Hal ini tidak hanya bertujuan untuk mengenang para korban, tetapi juga untuk memberikan edukasi kepada generasi muda tentang pentingnya menjaga perdamaian dan menghindari kekerasan.
Presiden Jokowi mengunjungi lokasi Rumoh Geudong di Pidie secara langsung pada Juni 2023. Kunjungannya ini menandai dimulainya upaya pemerintah untuk menyelesaikan 12 kasus pelanggaran HAM berat di masa lalu, termasuk peristiwa di Rumoh Geudong.
Namun, alih-alih membangun kembali bangunan yang lama, pemerintah memutuskan untuk membangun Memorial Living Park sebagai bentuk rekonsiliasi dan pemulihan bagi para korban.
Kemudian, pada 10 Juli 2025, Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan, Yusril Ihza Mahendra, secara resmi meresmikan Memorial Living Park Rumoh Geudong, membuka lembaran baru bagi situs bersejarah ini.
Desain yang Penuh Makna
Memorial Living Park Rumoh Geudong didesain dengan konsep yang mendalam. Alih-alih membangun replika Rumoh Geudong yang asli, yang dianggap dapat membangkitkan trauma, pemerintah memilih untuk membangun sebuah taman yang menyiratkan harapan dan rekonsiliasi.
- Puing-Puing sebagai Pengingat: Di tengah taman, puing-puing asli Rumoh Geudong ditempatkan secara artistik. Puing-puing ini menjadi pengingat yang kuat akan kekejaman yang pernah terjadi, tanpa harus menampilkan kembali kengeriannya.
- Ruang Terbuka Hijau: Taman ini dipenuhi dengan ruang terbuka hijau, pepohonan, dan bunga-bunga yang melambangkan kehidupan dan harapan baru. Diharapkan, suasana yang tenang dan damai dapat membantu proses penyembuhan bagi para korban dan keluarga.
- Monumen dan Prasasti: Di jantung taman, tegak berdiri sebuah monumen, dihiasi prasasti, monumen ini lebih dari sekadar tugu, ia adalah pencerita bisu yang mengisahkan sejarah kelam Rumoh Geudong dan tujuan luhur di balik pendirian taman ini. Prasasti ini menjadi sumber informasi bagi pengunjung yang ingin memahami latar belakang sejarahnya.
Lebih dari Sekadar Monumen
Memorial Living Park Rumoh Geudong adalah sebuah "living park" atau taman yang hidup. Artinya, monumen ini bukan sekadar bangunan bisu. Ia adalah pusat kegiatan yang hidup dan dinamis, tempat di mana sejarah dihidupkan kembali melalui berbagai aktivitas. Rencananya, taman ini akan menjadi tempat untuk:
- Edukasi Sejarah: Mengadakan kegiatan edukasi, seminar, dan diskusi tentang sejarah konflik Aceh dan pentingnya perdamaian.
- Pusat Rekonsiliasi: Menjadi tempat pertemuan bagi para korban, keluarga, dan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik untuk saling bermaafan dan membangun kembali hubungan yang harmonis.
- Kesenian dan Budaya: Lebih dari sekadar taman, tempat ini juga menjadi panggung terbuka yang ramah bagi para seniman dan budayawan, di mana mereka bisa menuangkan karyanya, bisa mengeksplorasi tema-tema perdamaian, persatuan, dan kemanusiaan.
Refleksi dan Harapan
Dengan hadirnya Memorial Living Park Rumoh Geudong menjadi langkah strategis dalam rekonsiliasi dan penyembuhan luka rakyat Aceh.
Tempat ini mengingatkan kita bahwa sejarah tidak boleh dilupakan, tetapi juga tidak boleh menjadi beban yang menghambat langkah ke depan.
Taman ini bukanlah sekadar distinasi wisata. Tempat ini adalah ajakan untuk merenung dan belajar dari sejarah kelam, agar kita dapat mengambil hikmah darinya.
Bahwa di balik puing-puing masa lalu, selalu ada ruang untuk menumbuhkan harapan dan membangun masa depan yang lebih baik.
Akhirnya, monumen ini mengingatkan kita bahwa perdamaian bukanlah sebuah tujuan yang bisa dicapai lalu dilupakan, melainkan sebuah perjuangan yang harus terus-menerus kita jaga. []
Posting Komentar