Nuruddin Ar-Raniry: Mufti Agung Aceh dan Penentang Keras Ajaran Wujudiyyah
Nurdin ar-Raniry adalah salah satu ulama besar asal Nusantara yang sangat berpengaruh, khususnya dalam perkembangan Islam di Kesultanan Aceh pada abad ke-17.
Nurdin ar-Raniry merupakan sosok ulama terkemuka yang tidak hanya dikenal sebagai sufi dan cendekiawan, tetapi juga sebagai penulis yang sangat produktif dalam bidang keislaman. Nurdin juga pernah mengemban amanah sebagai Mufti Agung di lingkungan Kesultanan Aceh.
Profil Singkat
- Nama lengkap: Nuruddin ar-Raniry
- Asal-usul: Berdarah campuran Hadramaut (Yaman) dan Gujarat (India), lahir di Ranir (Rander), Gujarat
- Wafat: Sekitar tahun 1658 M
- Aktif di Aceh: Sekitar tahun 1637–1644 M
- Peran penting: Mufti dan penasihat Sultan Iskandar Tsani (suami Sultanah Tajul Alam Safiatuddin)
Kehidupan dan Perjalanan
Nurdin ar-Raniry tiba di Aceh ketika tampuk kekuasaan berada di tangan Sultan Iskandar Tsani, putra Sultan Iskandar Muda. Dalam struktur keulamaan istana, ia kemudian menempati posisi penting sebagai pemimpin ulama.
Sebelum menetap di Aceh, Nurdin ar-Raniry menempuh perjalanan ke sejumlah pusat studi Islam ternama, termasuk Mekkah. Di sana ia mendalami ilmu fikih, tasawuf, dan teologi dengan dasar pendidikan yang sangat kuat.
Pemikiran dan Karya
Nurdin ar-Raniry dikenal sebagai seorang ulama yang rasional dan moderat dalam memahami tasawuf. Ia secara tegas menolak pandangan wahdatul wujud yang berlebihan, yang menurutnya menyimpang dari ajaran Islam yang lurus.
Ia mengkritik keras ajaran Syamsuddin as-Sumatrani dan Hamzah Fansuri, dua tokoh tasawuf sebelumnya di Aceh, yang dianggap terlalu mengedepankan paham "manunggaling kawula gusti" (kesatuan antara hamba dan Tuhan).
Di bawah pengaruhnya, Sultan Iskandar Tsani membakar banyak buku karya tokoh-tokoh yang dianggap menyimpang oleh ar-Raniry.
Karya-karya terkenalnya:
- Bustanus Salatin (Taman Para Raja) – ensiklopedia yang berisi sejarah, akhlak, pemerintahan, dan ajaran Islam. Ditulis dalam bahasa Melayu Jawi.
- Asrar al-Insan fi Ma’rifat al-Ruh wa al-Rahman – tentang hakikat manusia dan ruh.
- Karya-karya lain di bidang fikih, akidah, dan tafsir.
Peran di Kesultanan Aceh
- Sebagai mufti kerajaan, ia berperan dalam standarisasi ajaran Islam di Kesultanan Aceh.
- Berkontribusi dalam menyusun hukum-hukum Islam, pengajaran agama, dan mendukung pengembangan bahasa Melayu sebagai bahasa ilmu dan dakwah.
- Setelah wafatnya Sultan Iskandar Tsani, Nurdin ar-Raniry turut memberikan dukungan terhadap kepemimpinan Sultanah Safiatuddin, sang permaisuri, dalam menjalankan roda pemerintahan.
Warisan Intelektual
Nurdin ar-Raniry menjadi simbol dari transformasi pemikiran keagamaan di Nusantara yang berpijak pada Syariah yang kuat, namun tetap berpadu dengan tasawuf moderat.
Ia juga berperan dalam pengembangan literasi Islam Melayu, dan karya-karyanya menjadi rujukan hingga kini dalam kajian sejarah Islam Asia Tenggara. []
Posting Komentar