Abu Hasan Krueng Kalee: Ulama Karismatik, Pendidik dan Pejuang dari Aceh
Daftar Isi
Dalam perjalanan panjang sejarah ulama di Aceh, nama Abu Hasan Krueng Kalee selalu hadir sebagai salah satu tokoh utama.
Ulama kharismatik yang memiliki nama asli Tgk. Syaikh Haji Muhammad Hasan bin Tgk. Muhammad Hanafiyyah ini bukan hanya dikenal karena ilmunya yang luas, tetapi juga karena kiprah besarnya dalam membangun pendidikan Islam dan membimbing masyarakat.
Beliau lahir pada 18 April 1886 di Pidie dan sejak kecil sudah akrab dengan suasana religius. Beliau belajar membaca Al-Qur'an langsung dari ibunya, sementara ilmu fikih dan akhlak beliau dapatkan dari ayahnya.
Dari Pidie, Malaysia, hingga Mekkah 🌏
Rasa haus akan ilmu pengetahuan membuat Abu Hasan tidak hanya belajar di kampung halamannya. Beliau sempat nyantri di Kedah, Malaysia, sebelum akhirnya berangkat ke Mekkah pada tahun 1909.
Selama sekitar tujuh tahun di tanah suci, beliau memperdalam berbagai ilmu, mulai dari tafsir, fikih, tasawuf, falak, sampai ilmu ukur segitiga yang biasanya dipakai untuk menentukan arah kiblat.
Pengalaman belajar di Haramain ini membuat wawasannya semakin luas, dan ilmunya pun diakui banyak ulama besar.
Lahirnya Dayah Krueng Kalee 🏫
Setelah menuntut ilmu di luar negeri, Abu Hasan kembali ke tanah kelahirannya dan pada 1917 mendirikan dayah di Gampong Siem, Aceh Besar.
Dayah ini dikenal dengan nama Dayah Krueng Kalee. Awalnya sederhana, santrinya juga belum banyak. Tapi berkat ketelatenan beliau, dalam beberapa tahun dayah ini berkembang pesat dan menjadi salah satu pusat pendidikan Islam terpenting di Aceh.
Bukan cuma soal ilmu agama, santri di Dayah Krueng Kalee juga ditempa agar berakhlak baik, disiplin, dan siap mengabdi untuk masyarakat.
Tidak Hanya Ulama, Tapi Juga Pejuang ⚔️
Abu Hasan bukan hanya fokus pada pendidikan. Saat Aceh dan Indonesia berjuang melawan penjajahan, beliau ikut terlibat. Beliau mendukung laskar mujahidin, lalu setelah kemerdekaan aktif dalam PERTI (Persatuan Tarbiyah Islamiyah).
Bahkan, pada Pemilu 1955 beliau terpilih menjadi anggota Konstituante mewakili Aceh. Jadi, jelas bahwa kiprahnya melampaui batas pesantren beliau juga punya peran di kancah politik nasional.
Wafat dan Warisan 🕊️
Hari bersejarah itu, 19 Januari 1973, menjadi momen kepergian Abu Hasan Krueng Kalee untuk selamanya. Kepergian ulama kharismatik Aceh ini diiringi oleh lautan manusia yang datang memberi penghormatan terakhir.
Meski jasad beliau telah tiada, warisan ilmunya terus hidup lewat santri-santri dan lembaga pendidikan yang pernah beliau bangun.
Dayah yang sempat terhenti aktivitasnya sekitar 40 tahun itu akhirnya dibuka kembali pada 1999 dan diberi nama Dayah Darul Ihsan Krueng Kalee.
Sekarang, dayah ini memadukan sistem pendidikan tradisional ala pesantren salafi dengan kurikulum modern, sehingga bisa menjawab kebutuhan zaman.
📝 Catatan Penting
Abu Hasan Krueng Kalee adalah contoh nyata seorang ulama yang tidak hanya mengajarkan ilmu, tapi juga membangun peradaban.
Beliau mendidik, membimbing, sekaligus berjuang. Sosoknya tetap abadi dalam ingatan masyarakat, dihormati sebagai salah satu ulama besar Aceh.
Posting Komentar